Kisah ini menarik. Ketika aku membacanya ada rasa yang muncul di dada. Entah rasa apa itu namanya yang jikalau dibuat kata-kata maka hasilnya adalah haru, sedikit bahagia. Belum tentu benar kisah ini, tapi dalam sisi makna dan hikmahnya, bolehlah kita ambil. Kita mulai dari ruang tamu.
Pagi itu di sela liburan sekolah, seorang anak menghampiri ayahnya yang sedang membaca koran di ruang tamu. Sedikit gugup ia menghampiri ayahnya. Ada sesuatu yang ingin dikatakan. Sesuatu yang besar menurutnya.
“Ayah…” panggilnya dengan penuh kesopanan.
“Ada apa sayang?” jawab sang ayah sambil melihat wajah anaknya yang mengisyaratkan sesuatu.
Anak ini mulai gugup memulai percakapan, digenggamnya erat-erat tangannya. Ada keringat mengalir di wajahnya, terlebih lagi hatinya, gugup sekali.
“Aku ingin pake jilbab yah.” Dengan penuh kelemah-lembutan, akhirnya anak ini mulai mencurahkan isi hatinya.
“Apa?” tanya ayahnya memastikan.
“Aku saat ini mau pake jilbab yah, mau ikut nutup aurat juga.” Bilang sang anak ini dengan kemantapan hatinya.
“Nggak boleh sayang.” Jawab sang ayah.
Anak ini entah paham atau tidak, mengapa ayahnya tidak mengijinkannya.
“tapi yaah?” tanyanya penuh keheranan.
“Afif kamu ini laki-laki” jawab ayahnya singkat.
NB: biar tidak ada yg terdzolimi, pakai namaku sajah.
—
Jika kita mau melihat kepribadian banyak pemuda-pemudi, maka kita akan menemukan satu kesamaan kepribadian adalah kita, pemuda-pemudi, mempunyai sifat tidak pernah merasa puas. Benar tidak? contoh saya aja deh, ketika disuruh untuk buat pamflet/design saya sering sekali create and delate, saya merasa “wah ini ga paass”, “wah ini jelek”, “ini ga cocok desainnya” akhirnya saya butuh berjam-jam untuk mendesain dengan hasil yaa sama jeleknya. Karena saya mengenal lelah dan putus asa barulah saya berhenti desain. Barangkali begitu juga dengan menulis. Bermenit-menit ngetik, dibaca mulai awal, ga ada yang cocok, hapus lagi, ngetik lagi. Ohh barangkali ini yang disebut manusia merasa selalu kekurangan.
Contoh yang lebih hebat lagi adalah koruptor. Entah apa yang ingin mereka dapatkan, kekayaan yang tak ternilai, kemewahan yang orang lain tidak punya, jabatan tertinggi, namun pada akhirnya mereka akan terus menerus korupsi, kolisi, nepotisme, nyogok sini, nyogok sana, sikat pesaing sini, sikat pesaing sana. Ga ada ampun, barangkali hanya KPK atau kehancuran yang akan menyadarkannya.
Konsep untuk melawan bahwa pemuda-pemudi indonesia harus bisa menahan ketidakpuasaan itu ada metodenya. Ehh sebelumnya ketidakpuasaan itu bagus dalam berbagai sisi, namun bahaya di belahan sisi lainnya. Gila harta, tahta, wanita, raisa, isyana itu yang tidak boleh. Metode menahan ketidakpuasaan adalah tauhiid. Yaa, aqidah yang bener itu sumber dari lurusnya hati ini, segala bentuk keburukan hati, ketidakpuasaan, solusinya adalah tauhiid. Siapa yang menganugrahi semua ini? siapa yang dapat menakdirkan semua ini? siapa yang memberi, mengambil, mencabut, sebuah kekayaan, jabatan, kedudukan di dunia ini? siapa pemilik dunia ini. Allah.
Agar nanti setelah dewasa DIRIMU dan DIRIKU paham akan arti cukup. Cukup beli mobil, cukup. Cukup beli rumah, cukup. Cukup tiap bulan liburan, cukup. Cukup setahun sekali haji, cukup. Istri satu, cukup. Karena kalau TIDAK dari sekarang, hal yang ditakuti adalah, kita selalu merasa kekurangan, kita inginnya instan mulu, jauh dari kata proses yang amat sangat panjang.
Bahkan mendapatkan mu saja, proses yang panjang dan tak kasat mata itu harus aku lalui.
Kalian percaya apa tidak, di zaman android sudah lolypop, Apple sudah versi 7, masih ada yang datang ke dukun. Masih ada yang minta untuk memberikan kebangkrutan pada pesaing bisnisnya. Percaya atau tidak. Masih ada.
Pada dasarnya ketidakpuasaan itu menjalar pada sifat sombong kita. Ehh bukan sombong, namun pembangkangan. Dan antara bangkang dan sombong ada sedikit kesamaan yang membedakan. Halah!
Seorang anak kecil ketika kita berkata, “Dek, kamu boleh masuk di semua kamar di rumah ini, kecuali kamar ini.” tau ga yang ada dipikiran anak ini menurut psikologi dasar tanpa belajar adalah ini anak di otaknya kebayang pengen masuk kamar yang dilarang itu. True?
Atau kita bilang, “dek, ini boleh dimakan semuanya, tapi jangan makan ini, ini lombok, pedes” maka bisa dipastikan anak ini akan mencoba makan lombok. True?
Mau ga mau inilah sifat kita. Yaa kita harus lawan. Allah telah memerintahkan jangan zina, jangan curang, jangan bohong, jarang ghibah, namun pada akhirnya, kita sering melakukan. Astagfirullah.
Ada ustadz di jember ketika mengajari anaknya dengan kata-kata yang mantap. Berkatalah lewat hati. Jangan mengatakan, “nak jangan naik ke atas, nanti jatuh” mau ga mau, anak ini pengen ke atas. Coba katakan, “nak, naik terus aja, naik terus, terus aja naik, sampai jatuh” ini anak pasti ga akan naik
Andaikata ada yang terus ngomong ke kita kalau kita lagi maksiat, “terus fif, maksiat terus fif, sampe Allah ngazab kamu.” Dan aku berharap langsung berhenti maksiat. Astagfirullah.
Katamu aku cemburu.
Bukannya aku tidak merasa puas, dan bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan kepadaku. Bahkan ketika hembusan nafas pertamaku, dan ketika tumbuh kembangku. Islam, iman, tertanam dalam hati ku. Semakin ku melangkah, nikmat ini masih terpatri. Dalam batin ku, aku takut nikmat ini akan dicabut. Dengan pembangkanku kepada pemilik dunia ini. kecerobohan yang sering aku lakukan, aku kembali, aku kembali lagi pada hal yang sama. Andaikata ada takaran mana dosa mana pahala, aku ingin melihatnya. Pada suatu saat aku melihat diriku yang lain pada derajat yang tinggi, dengan nikmat, khusyuk, tenang, aku melakukan perintah apa yang Tuhanku perintah, dan menjauhi larangan-Nya. Namun disuatu saat yang lain, aku tenggelam. Dalam limbangan dosa yang nikmat, nikmat sekali rasanya, bertahun-tahun nikmat iman ini diberi, aku balas dengan ceburan dosa sesaat. Aku tobat. Aku ingin kembali. Aku cemburu kepada orang-orang yang selalu tetap dalam keistiqomahan, aku cembutu kepada diriku yang dulu, dan mengapa aku begini sekarang. Katamu aku cemburu adalah benar. Pipiku merah malu, mata ku tidak bisa menyembunyikan lagi. Aku total cemburu. Berharap cemburu ini dapat mengembalikanku pada Mu, kembali dalam nikmat khusuk yang dulu telah diberi. Aku harap bisa berteman dengan orang yang membuat ku cemburu. Atau paling tidak mencintainya.
Wahai ukhti,
Jika kau lihat ada saudara mu yang baru saja berhijrah, maka gengamlah, rangkuhlah dengan penuh kasih sayang, ajarilah mereka dengan kelemahlembutan, tegaslah jika diperlukan. Jadikan itu wujud syukur karena dirimu dulu juga pernah berhijrah, engkau telah merasakan masa-masa kebimbangan, diantara kata “aku mau hijrah” dan “nanti-nanti”. Akhirnya kau memutuskan hijrah, kau memutuskan menutup aurat mu, menjaga hati dan mulutmu, kau mulai belajar pelan-pelan, semangat memperbaiki dirimu penuh kenikmatan. Begitulah saudara mu yang saat ini sedang berhijrah. Berhijrahlah dengan ilmu.
Andaikata kita berpisah karena rindu, rindu itu akan mempertemukan kita di nanti.
NB: Doakan saya, saya lagi poses nulis proposal PKM tahun ini, dan Essay tentang “Generasi emas 2045” doakan biar segera selesai dengan sebaik baiknya. Aamiin.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.