Gue sering bingung untuk memulai setiap tulisan yang akan gue buat. Terlebih lagi kalau none theme. Gue harus beberapa kali ketik, backspace, ketik, backspace, untuk memulai kalimat pertama. Terlebih lagi, gue kalau mau update-pun ga bisa satu hari ketik langsung jadi, gue harus baca ulang berkali-kali untuk mempastikan tidak ada yang typo, bahasa mudah dipahami, dan layak di postkan. Gue kemarin cek semua post yang sudah lama, tepatnya pas masih jadi cucunguk SMK. Wiiiw, ternyata banyak typo, banyak bahasa yang ga jelas, dan post-postnya sak imprit-imprit. Gue jadi heran sama diri gue kenapa dulu ngepost kayak begituan. Yang lebih herannya lagi, masih ada yang mau nge-like tulisan itu. Pasti waktu itu gue paksa untuk nge-like kayaknya.
Semenjak tulisan tahfidz camp, gue niatkan untuk selalu nulis long post. Makanya, gue ga bisa sekali buka MS. Word langsung jadi tulisan utuh beberapa lembar. Apalagi kalau nulis cerpen. Butuh beberapa bulan itu mah.
Rencananya, setiap dua minggu sekali gue update tulisan. Selain menambah skill kepenulisan juga menambah kebaikan gue. Karena kata Andrea Hirata, dampak dari sebuah tulisan itu begitu besar, behh. Semoga gue ga kalah ide setiap dua minggu sekali untuk memunculkan tema. Dan tema kali ini adalah Reuni. Ehem.
Gue terkadang heran sama diri gue yang sering heran, kenapa gue ga habis pikir sama orang yang ga habis pikir. Gue juga kadang sering bingung kenapa gue bingung. Dan gue sering ga nyangka kalau gue orangnya ga nyangkaan. Heran ga lo? Gue aja heran sama diri gue yang sering heran. Lah apa lagi elo yang heran lihat gue heran.
“Wooii! Paragraf macam apaan itu woooi!” teriak Rigen.
“Sori…sori gen, itu cuman pembukaan kok.” Bela gue. Lanjutkan membaca “Reuni.” →